Gunung Merapi konon merupakan gunung paling aktif di dunia, tercatat telah terjadi puluhan kali letusan Gunung Merapi hingga yang terakhir tahun 2010 ini memakan puluhan korban jiwa, termasuk juru kunci Gunung Merapi yaitu Mbah Maridjan
letusan Merapi pada tahun 1930 dicatat sebagai yang terbesar. Selain manusia, amukan gunung yang berada di wilayah Yogykarta Utara itu juga menghancurkan berhektar-hektar lahan pertanian dan rumah penduduk.
Tidak hanya itu, ribuan hewan ternak milik warga mati terkena amukan awan panas atau yang biasa disebut warga setempat dengan sebutan wedhus gembel. Peristiwa itu menjadi trauma tersendiri bagi warga yang sempat mengalaminya.
“Mbiyen okeh sing mati, omah-omah rata karo lemah, kobong (dulu banyak yang meninggal, rumah-rumah rata dengan tanah, terbakar),” begitu cerita Mbah Bingu, salah satu warga Yogyakarta yang mengalami peristiwa itu.
Merapi sempat tenang selama belasan tahun. Hingga akhirnya pada tahun 1954, gunung yang menjadi salah satu titik kosmik penting masyarakat Jawa itu kembali bergolak. Namun kali ini, letusan gunung yang dijaga oleh Mbah Maridjan ini tidak sebesar pada tahun 1930.
Dari data yang diperoleh detikcom, korban tewas sekitar 60-an orang. Letusan juga menyebabkan rumah-rumah penduduk dan ternak milik warga mati. Kemudian, letusan berturut-turut tercatat terjadi pada 1961, 1969, 1976, 1994, 1997, 1998, dan 2001. Sebagian letusan yang terjadi tidak memakan korban.
Pada 2006, Merapi kembali menunjukkan aktivitasnya. Saat itu, awan panas yang meluncur ke arah Kali Gendol menyebabkan dua relawan Tim SAR yang bersembunyi di bungker Kaliadem, tewas. Peristiwa itu terjadi pada 14 Juni 2006. Saat itu, objek wisata Kaliadem porak-poranda.
Empat tahun setelah itu, Merapi kembali ‘beraksi’. Dimulai pertengahan Oktober 2010, status Merapi terus meningkat. Hingga akhirnya pada Senin 25 Oktober lalu, BPPT menetapkan status awas untuk gunung tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar