Selasa, 16 November 2010

Sejarah Dan Bahaya Letusan Gunung Merapi

Mungkin Merapi adalah satu-satunya gunung di dunia yang berlokasi di dua tempat; Yogyakarta dan Sumatera Barat. Yang di Yogyakarta berlokasi di kabupaten Sleman, dengan ketinggian 2959 meter dari permukaan air laut. Sedangkan yang di Sumatera barat berada pada ketinggian 2891 di atas permukaan laut. Tentu saja, gunung yang diperkirakan akan meletus dalam waktu dekat adalah Merapi Yogyakarta. 

Menurut situs Grapala.org, Merapi (Yogyakarta) adalah salah satu gunung berapi yang teraktif di dunia. Pada situs ini pula, Anda dapat menyimak profil lengkap mengenai gunung ini, mulai dari lokasinya, cara mencapainya, hingga sejarahnya. 

Adapun tentang sejarah letusan gunung berapi, Anda dapat menyimak sebuah tulisan komprehensif dari situs lapanrs.com(berformat PDF). Disebutkan, bahwa gunung ini pertama kali meletus tahun tahun 1006 (Data Dasar Gunungapi Indonesia, 1979). Hingga Februari 2001, tercatat bahwa Merapi sudah meletus sebanyak 82 kali. Secara rata-rata, Merapi meletus dalam siklus pendek (2 – 5 tahun) dan siklus menengah (5 – 7 tahun). Namun, Merapi pernah mencatat siklus terpanjang, yakni ketika istirahat selama lebih dari 30 tahun. 
Jejak-jejak letusan Merapi dapat kita saksikan pada sejumlah peninggalan bersejarah. Berikut adalah beberapa antaranya:

1. Candi-candi kuno di wilayah Sleman ditemukan terkubur oleh endapan lahar dan abu vulkanik setebal 6-8 meter. 

2. Aktivitas Merapi pada abad ke-9-11 disinyalir menjadi salah satu pendorong berpindahnya pusat kebudayaan Mataram ke Jawa Timur.

3. Konon, Candi Borobudur diperkirakan dibangun di tengah danau dan digambarkan seperti ceplok bunga teratai di tengah kolam. Namun letusas Merapi telah menguruk danau tersebut. 

(Sumber: Kompas, 22 April 2006).

Masih dari sumber yang sama, disebutkan bahwa letusan Merapi yang terdahsyat antara lain terjadi pada tahun 1672. Saat itu, muncul awan panas dan banjir lahar hujan yang menelan 300 jiwa manusia. Lantas, letusan tahun 1930-1931 menelan korban 1.369 orang meninggal. Letusan-letusan lainnya terjadi tahun 1954, 1961, 1969, dan 1972-1973, dengan korban jiwa (masing-masing) puluhan orang.

Pada 22 November 1994, Merapi mengeluarkan wedus gembel-nya ke arah Kali Boyong, menelan 67 korban manusia. Pada Februari 2001, gunung ini kembali mengeluarkan guguran kubah lava yang membentuk awan panas. Arah guguran pada waktu itu ke selatan-barat daya. Kepulan wedus gembel-nya terlihat dari Kecamatan Depok yang berjarak 25 kilometer dari puncak. 

Menurut situs Grapala.org, ada beberapa bahaya yang potensial ditimbulkan dari letusan Gunung Merapi. Secara umum, ia dibagi menjadi dua jenis, yakni bahaya primer dan bahaya skunder. 

Bahaya primer adalah bahaya yang timbul sebagai akibat langsung dari letusan. Contohnya: awan panas, lemparan material letusan, dan abu letusan.

Sedangkan bahaya sekunder merupakan bahaya yang muncul secara tidak langsung. Contohnya adalah lahar, kerusakan rumah dan tempat tinggal, bahkan kekurangan pangan. 

* * *

Masalahnya sekarang, kapan Merapi akan meletus? Menurut staf Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta, hal sulit diprediksikan. Hingga 16 April 2006, gempa fase banyak (MP) sudah mencapai 150 kali. "Berdasarkan perhitungan, gunung meletus kalau MP sudah lebih dari 90 kali, dan apa yang terjadi di Merapi sudah melebihi, tercatat 150 kali," katanya, sebagaimana dikutip Antara.

Dari gejala-gejala yang muncul saat ini, memang diperkirakan bahwa Merapi akan meletus dalam waktu dekat.Karena itu, masyarakat - yang bertempat tinggal di sekitar Merapi hendaknya terus meningkatkan kewaspadaan. Bahaya primer mungkin bisa dihindari dengan cara mengungsi ke lokasi yang diperkirakan aman. Namun, yang juga perlu diwaspadai adalah bahaya sekunder, seperti kekurangan bahan makanan, kesulitan mencari air bersih, dan sebagainya. Karena itu, bersiap-siap dan menyediakan bekal kebutuhan sehari-hari secukupnya, barangkali adalah solusi yang cukup bagus. 

(jonru/berbagai sumber)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar