Pada 21 Mei 2004, di Indonesia, diperingati Organisasi Budi Utomo. Thema peringatan tahun ini “Kebangkitan demokrasi dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia” (baca: analisa 22 Mei 2004). Dalam pelajaran sejarah Indonesia, lahirnya organisasi Budi Utomo 1908, diabadikan sebagai tonggak perjuangan nasional Indonesia. Betulkah? Ahli sejarah Indonesia tidak berani memansuhkannya. Mereka berkomplot menipu fakta sejarah Indonesia yang sesungguhnya.
Waktu itu –tahun 1908– beberapa orang alumnus STOVIA (sekolah Kedikteran) asal Jawa Tengah dan Jawa Timur mengadakan pertemuan di Jawa Tengah. Petemuan ini terbatas di kalangan orang-orang Jawa saja, tanpa dihadiri oleh orang Sunda (Jawa Barat), apalagi perwakilan dari luar pulau Jawa. Mereka bincang soal nasib masa orang Jawa dalam pentas politik pemerintahan Hindia Belanda. Inspirasi ini diilhami oleh perubahan politik di Eropah yang sedang bergulir issu demokrasi. Para penasehat kolonial Belanda berpendapat bahwa, sudah saatnya dilaksanakan politik ethis bagi anak jajahan di wilayah Netherland Easts Indies (Indonesia). Dengan bigitu akan bisa mengurangi konflik vertikal antara Belanda dengan anak jajahannya di Jawa. Itu sebabnya, kepada anak jajahan Belanda yang sudah dicuci otaknya diberi ruang dan diajak masuk ke dalam Volkstraad (Parlement) dengan maksud agar aspirasi anak jajahan disalurkan melalui Volkraad. Hasil pertemuan Budi Otomo dirujuk kepada pemerintah Belanda dan beberapa tahun kemudian melahirkan beberapa partai politik seperti: PNI, PKI, Partindo, Gerindo, Patai Indonesia Raya (PIR) dll dalam Volksraad Hindia Belanda.
Di saat anak jajahan Belanda ini bermain tali dengan tuannya, di Acheh perang berlumur darah melawan serdadu marsusé Belanda, mayoritas anak Jawa-Madura; di Kuta Rèh, Tampèng dan Kuta Panjang dan Rikit, baru terjadi pembantaian biadab oleh serdadu Marsusé terhadap anak-anak, perempuan dan lelaki tahun 1905; Tjut Mutia dengan suaminya tengah memimpin peperangan di Pasè, Tjut Meurah Gambang dengan suaminya tengah memimpin peperangan di Pidië, Tengku Tapa sedang memimpin peperangan di Acheh Timur, Tjut Ali dan Tengku di Barat sedang memimpin perang di Acheh Barat-Selatan. Di Belanda den Haaq, Parlemen Belanda mengadakan Sidang Parlement perkara Acheh: yang mengutuk serdadu Belanda di Acheh yang bertindak biadab. Fakta ini membuktikan bahwa Acheh, sama sekali tidak ada kaitan sejarah dan politik apapun dengan Budi Otomo yang lahir tahun 1908 itu.
Organisasi Budi Otomo, tidak pernah bicara soal nasib rakyat di Netherland East Indies, kecuali bicara soal peran mereka –golongan opportunis– dalam pentas politik pemerintah Hindia Belanda. Jadi menjijikkan, jika dikatakan Budi Utomo sebagai tonggak „Kebangkitan demokrasi dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia”. Inilah penipuan sejarah.
Ironisnya, masih didapati segelintir orang Acheh ikut mengenang lahirnya Budi Utomo dan sejarah yang dipalsukan ini sengaja di-Indonesia-kan oleh politisi Jawa, sampai kemudian dipandang oleh generasi penerus sebagai fakta sejarah yang perlu diperingati. Peristiwa peringatan Bodi Utomo ini, lebih tepat dikatakan sebagai mengenang sejarah Indonesia sontolooyoo.
Harkitnas Diperingati di Aceh Tengah
Takengon, (Analisa)
Peringatan Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas) di Aceh Tengah dipusatkan di Lapangan Musara Alun Takengon, Jumat (21/5), berjalan lancar dan aman diikuti ribuan pelajar SLTP dan SLTA, pegawai negeri sipil (PNS) serta prajurit TNI/Polri.
Harkitnas dijadikan tonggak sejarah bagi seluruh rakyat Indonesia, sebagai bangsa yang memiliki jati diri dan berdaulat. Peristiwa mengenang 65 tahun lalu lahirnya Boedi Oetomo tokoh pemuda yang memiliki jiwa kebangsaan yang tinggi itu dengan tema “Kebangkitan demokrasi dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia”.
Bertindak sebagai inspektur upacara (Irup) Bupati Aceh Tengah, Drs.H. Mustafa M.Tamy MM, sedangkan komandan upacara Drs.Mursyid. Pada kesempatan itu, Irup membacakan sambutan tertulis Menteri Komunikasi dan Informasi, Syamsul Mu’arif selaku ketua umum penyelenggara peringatan Harkitnas.
Usai upacara, Bupati Mustafa M.Tamy yang diwawancarai wartawan mengharapkan agar pemuda Tanah Gayo dapat mengikuti semangat yang ditunjukkan Boedi Oetomo selaku pelopor pergerakan seluruh pemuda dari Sabang hingga Merauke.
Perjuangan beliau (Boedi Oetomo-red) harus dijadikan cermin bagi pemuda di sini untuk menatap masa depan dengan ide cemerlang guna percepatan pembangunan di Aceh Tengah.
Diingatkan, masyarakat Aceh Tengah yang multi etnis sangat riskan dan gampang termakan hasutan, terutama generasi mudanya. Untuk itu, kewaspadaan terhadap segala bentuk rongrongan yang menginginkan perpecahan antar etnis segera dihindari. “Tetaplah menjaga persatuan dan kesatuan demi keutuhan NKRI”, pintanya. (jd/ts)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar