Kamis, 16 September 2010

PERAN MINERAL DALAM PROSES FISIOLOGIS TERNAK

Gambaran sumsum tulang ternak sapi pada defisiensi Fe (kiri) dan sumsum tulang normal yang masih mengandung Fe, terlihat warna biru pada pewarnaan Prussian blue (kanan) (King 2006)
Seperti unsur nutrisi pada manusia, mineral berperan penting dalam proses fisiologis ternak, baik untuk pertumbuhan maupun pemeliharaan kesehatan. Beberapa unsur mineral berperan penting dalam penyusunan struktur tubuh, baik untuk perkembangan jaringan keras seperti tulang dan gigi maupun jaringan lunak seperti hati, ginjal, dan otak. Unsur minera makro seperi Ca, P, Mg, Na, dan K berperan penting dalam aktivitas fisiologis dan metabolisme tubuh, sedangkan unsur mineral mikro seperti besi (Fe), tembaga (Cu), seng (Zn), mangan (Mn), dan kobalt (Co) diperlukan dalam sistem enzim (McDowell 1985). Zat besi (Fe) dalam tubuh biasanya berikatan dengan protein dan ikatan Fe-S, menjadi residu sistein dalam protein ferodoksin dari bakteri dan tanaman. Dalam tubuh, sebagian Fe digunakan untuk proses metabolisme dan sebagian disimpan sebagai cadangan. Fe yang digunakan dalam proses metabolisme enzimatis dalam hemoglobin sekitar 55% dan dalam mioglobin 15%. Unsur Fe yang disimpan sebagai cadangan berbentuk feritin, yaitu protein kompleks yang mudah larut, sekitar 70−80%, dan sebagai hemosiderin yang merupakan protein kompleks tidak mudah larut. Kedua bentuk ikatan Fe tersebut disimpan dalam organ hati, sumsum tulang, limpa, dan otot skeletal. Bila keseimbangan konsentrasi Fe dalam tubuh terganggu (Gambar 1) maka kandungan Fe pada lokasi penyimpanan, sebelum Fe digunakan dalam metabolisme, menurun (King 2006). 

Beberapa ikatan penting dari Fe pada sistem fisiologis ternak adalah sebagian Fe dalam tubuh terikat erat dengan protein lain, yang mengangkut Fe ke dalam jaringan dan menyimpannya sebagai bentuk ion Fe (III) yang stabil dan tidak terhidroksida. Bentuk Fe transferin berada dalam protein
darah dan mempunyai dua ikatan kuat dalam bentuk Fe (III), terdiri atas dua kelompok (tirosinat dan fenolat) di mana bila tempat ikatan tersebut mengikat Fe (II) maka ikatannya menjadi lemah. Transferin merupakan kelompok gliko-protein yang termasuk laktoferin (dalam air susu), konalbumin atau ovotransferin (dalam
putih telur) dan transferin serum, di mana semua protein tersebut mengikat Fe (Brown et al. 2004). Tembaga (Cu) sangat penting dalam proses metabolisme energi dalam sel, sistem transmisi impuls saraf, sistem kardiovaskuler, dan sistem kekebalan. Cu juga berperan penting dalam proses metabolisme estrogen yang diperlukan untuk menjaga kesuburan ternak betina dan proses kehamilan. Mineral esensial lainnya yaitu Zn diperlukan dalam sistem enzim sebagai metaloenzim. Lebih dari 100 jenis metaloenzim mengikat Zn, termasuk enzim nicotinamid adenine dinucleotid dehydrogenase (NADH), RNA dan DNA polymerase, alkalin fosfatase, superoksid dismutase, dan carbonic anhidrase (Hougland et al. 2005).

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa semua mineral esensial, baik mikro maupun makro, sangat penting untuk kehidupan ternak. Kekurangan salah satu atau lebih mineral tersebut akan mengganggu sistem fisiologis ternak dan menyebabkan penyakit yang disebut defisiensi mineral. Fe dan Cu mempunyai sifat yang sama dalam sistem pembentukan darah, yaitu Fe sebagai pembentuk hemoglobin dan Cu sebagai pembentuk seruloplasmin. Bila ternak mengalami defisiensi Fe maka absorpsi Cu dan Pb, yang merupakan mineral non-esensial, meningkat sehingga ternak akan mengalami gejala toksisitas Cu atau Pb (Chung et al. 2004).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar