Jumat, 20 Agustus 2010

Penambahan Dedak Padi Pada Silase Rumput Gajah

Maksud pembuatan silase adalah pengawetan HMT dengan memperhatikan kehilangan nutrisi dan menghidarkan dari perubahan komposisi kimianya. Kualitas silase yang baik diperlihatkan melalui beberapa parameter seperti pH, asarn laktat, wam4 iekshf, suhr.r, persentase kerusakan dan kandungan nutisi dari silase. Derajat keasaman atau pH pada semua perlakuan menunjukkan perr-.;daan yang nyata(P<0O5) lebih rcndah 7,8% dibandingkan dengan kontol (Iabel l), sedangkanantaraperlakuantidak terdapat perbedaan. Nilai pH yang diperoleh memenuhi kiteria silase yang baik yaitu sebesar 3,8 sampai 4,2 yang dapat menekan tumbuhnya jamur dan tidak menyebabkan busuk. Turgkatkeamman silase sangatpentinguntuk diperhatikan karena merupakan penilaian yang utama terhadap keberhasilan pembuatan silase. Kondisi asam akan menghindarkan hijauan dari pernbusukan oleh mikobaperusak atau pembusuk (Henderson, 1993). Mikroba perusak atau pembusuk yang banyak dijumpai pada pembuatan silase dianwanya adalah dari golongan kapang,kamir, yeast,lostridium sp. dan Entercbacleriaceae. 

Pertumbuhan L. planlarum lBL-2 dipengaruhi oleh kandungn WSC hijauan sebesar 50-80 g/kg BK. Rumput yang digunakan mempunyai kandungan bahan kering sekitar 29,71o/o. Hasil silase rumput gajah segar tanpa pelayuan dengan 2,l7% WSC dan dari rumput umur 50 hari yang dilayukan dengan 3,0% WSC menghasilkan masing-masingN ammonia (7d 9,4 dan 14,8; pH 4,4 dan 4,5; total asam dari % BK (%) 5,9 dan 5,1; asam butirat dan asam laktat (%) Q,a dan 4,1) dn (66,6 dan 41,7) dari total asam @inheiro & Mtlhlbach, 1986). Selain pt! wama dan tekstur silase yang juga merupakan peubah kualitas silase yang dihasilkan. Silase yang dihasilkan memenuhi kriteria, baik kiteria wama maupun kriteria tekstu silase yang baik, yaitu kuning kecoklatan dan lembut. Persentase kensakan silase yang dihasilkan berada pada kisaran 2%-3% (Gambar I ). Suhu silase pada waktu dipanen dijadikan salah satu l<0,05) dibadlrykan dengan kontrol, sedangkan antara perlakuan level dedak padi tidak terdapat perbedaan yang nyata. Total kandungan asam yang dihasilkan akan mempengaruhi pH pada akhir pembuatan silase. Hal ini terlihat pada DP 5% yang mempunyai total asam tertinggi (6,77 mg/rnl) sehingga menghasilkal pH terendah yaitu 3,88 (Iabel l). Toal asam yang dihitung dari cairan atau jus silase merupakan kumpulan dari asam-asam organik dan salah satu komponen asam organik yang terkandung dalam toal asam adalah asam laktat. Pada Tabel I terlihat bahwa pada DP 5%, kandungan asam laktat sebesar I12,54 gAg BK silase merupakan yang t€ftinggi dibandingkandengnpetlakuan lainnya 920 Ers *to Mcdis Pctcmskrn Salah satu cara untuk menyeleksi inokulum yang akan digunakan dalam pembuatan silase adalah perlu dikeuhui qtarat konsmsi glnkosarya. Inokulum IBL-2 mengkonsumsi glukosa sebesar 63,40/o dzn kandungan glukosa awal sebesar 1137,9 mg/ml dan menghasilkan OD (Optical Density) sebesar 1,74 pada 620 nm. Hal ini menunjukkan bahwa BAL lBL2 cukup mampu memanfaatkan karbohidrat yang tersedia pada bahan silase yang salah satunya disediakan oleh dedak padi .Tingkat kelarutan detergen asam dan netal menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05). Perlakuan DP 3% lebih tinggi 29,97% kandungan ADFnya dibandingkan dengan perlakuan lainnya" Sumber karbohidrat DP 3 0/o mempunyai keseimbangan yang cukup terhadap kebutuhan mikroorganisme pada saat fermentasi silase sehinggamempunyai tingkatkelarutanyangpaling tinggi dibandingkan dengan perakuan yang lainnya Persentase ADF mencerminkan tingkat kecernaan pada suasana asam yang teiedi pada saluran pencemaantemak Trngkatkelanrtanpadadetergen netal perlakuan DP 1% dan DP 5% berbeda nyata (P<0,05) lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan DP 3% akan tetapi dengan kontol tidak berbeda nyata. 'Ijandraatmadja et al. (1994) melakukan pengujian terhadap 4% dan 8% molasses yang ditambahkan pada pembuatan silase dari Panicr:nr maximum cv. Hamil, pangola grass (Digitaria decumbens) dur setaia (Setaria sphacelata cv, Kaangula). Pangola grass memberikan peftedaan yang nyata lebihtinggi untuk komposisi kimia pada silase, dengan NDF dan persentase kandungan lignin rendah dan BAL homofermentatif lebih dominan. Tingkat kelarutan pada detergen netral mencerminkan kecemaan pada kondisi rumen beberapa saat dan selanjuhya pH rumen dan saluran pencemaan lainnya berkisar antara 5-6, sehingga kemampuan bahan yang mempunyai tingkat kelanrtan asam yang cukup berperan untuk menuju salumnpencemaan bedkuulya" Kandungan asam laktat dalam silase akan berpengaruh terhadap jumlah BAL dan derajat keanman L. plantarurz I BL-2 dengan perlahan akan mengalami penunrnanjunlah koloni (CFU/ ml) sejalan dengan penurunan pH silase (Gambar 2). DP s%jurnlah koloni sebesar 6,4x lff cfir/ml, DP 3%(6,8 x l06cfir/ml), DP I Yo(7,1x107ctu| ml), dan pada DP 0% sebesar 1,2 x lOt cfir/ml. Tingkat keasaman yang semakin tinggi secara perlahan akan terakumulasi dan membunuh BAL itu sendiri (McDonald et al., 1991). Filya (2003) mengatakan penggunaan inokulum L. buchneri tunggal atau kombinasi dengan BAL homofermentatif dapat meningkatkan stabilitas aerob silase dengan penghambatan pada aktivitaslsartataul@mir. Tmgkatk€tusakansangt menentt*an pada keberhasilan pernbuatan silase, jadi kalau pada pembuatan silase mempunyai tingkat kerusakan diatas 5% berarti dapat dikatakan bahwa silase tersebut gagd (Johnson et al., 1998). Gagal disini dapat diartikan banyak silase yang terbuang dan dapat dihitung sebagai kerugian" Persentase kerusakan pada penelitian ini berkisar antara 1,25% sampai 1,28% dan masih dikategorikan berhasil (Gambar I ). Persentase kehitangan dapal diasumsikan sebagai kehilangan berat bahan kering, sehingga secara berat basah atau segar tidak terjadi pengurangan berat, akan tetapi dalam perhinlrgn bahan kering telah terjadi kehilangan bahan kering. Persentase kehilangan bahan kering di bawah I 0%  masih dikatakan normal. Yokota et a/. (1998) melaporkan kegiatan penelitian pada pemanenan pertama pada rumput gajah segar pada kondisi musim hujan(8,6% BK, 67,6% NDF) yang dipotong dengan ukuran 3 cm, yang dilakukan perlakuan dengan menggunakan 4% molasses dar/atau 15% dedak padi (2% lemak kasar) yang diinkubasikan pada silo plastik. Bahan kering yang dihasilkan 13,4%; 20,1% dan 22,5%, sedangkan pada tingkat kehilangan BK didapta 5,6% 0,3% dm 3,0% pada perlakuan dengan menggunakan molases, dedak padi dan kombinasi keduanya. Hasil analisis beberapa nutrien silase dari perlakuan tidak menunjukkan perbedaan yang nyata (Tabel 3). Bahan kering yang dihasilkan berkisar antara 20,04%-24,90%. Penambahan dedak padi pada pembuatan silase dapat meningkatkan kemampuan BAL memanfaatkan karbohidrat terlarut sehingga banyak kadar air yang dilepaskan dari rumput atau dengan adanya perbedaan antara adanya adhesi dan kohesi, Sehingga dengan semakin banyak sumber karbohidrat yang ditambahkan akan menunukan kadar batnn kering secara perlahan.
Balnnorganikyangdihasilkanbe*isarantara 7 6,83o/o-7 8,92%6. Bahan organik yang te*andug dengan penambahan sumber karbohidrat seharusnya akan semakin meningkat akan tetapi pada penelitian ini tidak terjadi. Hal ini diduga karuupadapenambatunDP lolo-5%masihtrelum terlalu berpengaruh pada bahan organik. Kandungan abu yang dihasilkan berkisar antara 12,140/o-12,7 4o/o. Hasil penelitian Filya (2003) mengemukakan bahwa pengganaart L buchneri dikombinasikan dengan Z. plantarum dapat meningkatkan stabilitas aerob pada silase dan penghanbatan pada aktivitas  ammonia-N dan kehilangan selama fermentasi akan tetapi tidak berbeda nyata terhadap BK BO dan NDF silase.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar